Sabtu, 22 Oktober 2016

Struktur Beton Bertulang (Pelat Satu Arah) - part.2



Struktur Beton Bertulang (Pelat Satu Arah) - Part 2

Untuk merencanakan pelat beton bertulang, disamping harus memperhatikan beban dan ukuran pelat juga perlu dieperhatikan jenis tupuan tepi.
1.      Bila pelat berputan (berotasi) bebas pada tumpuan, maka pela dikatakan bertumpu bebas
2.      Bila tumpuan mamp mencegah pelat berotasi dan relative sangat kaku terhadap momen punti, maka pelat itu dikatakan terjepit penuh
3.      Bila balok tep idak cukup kuat untuk mencegah rotasi samasekali, maka pelat itu terjepit sebagian (terjepit elastis)
Menurut bentuk geometrid an arah tulangann secara analisi pelat dibagi menjadi dua, yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah, masingg-masing dibahas lebih mendalam ada pasal-pasal berikut.

1.)    PELAT SATU ARAH
Pada gambar dibawah ini disajikan contoh gambar dari pelat satu arah satu bentang, dan pelat dua bentang / menerus.


Analisis momen lentur pada pelat satu arah sebenarnya dapat dianggap sebagai gelagar diatas banyak tumpuan.
Selain itu pada SNI-03-2847-2002 mengijinkan untuk menentukan moment lentur dengan menggunakan koefisien momen, asalkan dipenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini
1.      Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang terpanjang dengan bentang sebeahnya yang lebih pendek maksimum 20%
2.      Beban hidup harus ≤ 3 kali beban mati
3.      Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda :
-          Untuk momen lapangan, L = bentang bersih diantara tumpuan
-          Untuk momen tumpuan , L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri dan kanan tumpuan.

Gambar 1. Koeefisien moen pelat satu arah
Untuk dapat lebih memahami analisis perhitungan pelat satu arah, dibawah in diberikan langkah-langkah perhitungan pelat satu arah sebagai berikut:
1.      Tentukan tebal pelat, dengan syarat batas lendutan
2.      Hitung beban-beban : beban mati, beban hidup, dan beban berfaktor
3.      Hitung momen akibat beban terfaktor  ρmin ≤ ρ ≤ ρmak
4.      Tentukan diameter dan jarak tulangan, dengan memperhatikan lebar retak:



Untuk lebh jelas masalah perencanaan pelat lantai satu arah, silahkan lihat postingan yang membahas mengenai cotoh soal perencanaan pelat lantai satu arah.


Terimakasih :) 
Baca juga Artikel yang Berhubungan:
- Struktur Beton Bertulang - part 1 

 

Struktur Beton Bertulang - part 1



Struktur Beton Bertulang – Part 1

Dalam dunia teknik sipil kita sering melakukan perencanaan struktur beton bertulang, dimana terdapat tulangan-tulangan baja di dalam penampang beton tersebut yang berfungsi untuk memperkuat beton itu sendiri dalam menahan beban. Beton memiliki nilai kuat tekan yang tinggi, namun beton tidak memiliki nilai kuat tarik yang tinggi pula. Sedangkan materil baja diketahui memiliki nilai kuat tarik yang tinggi, namun memiliki nlai kuat tekan yang rendah. Untuk itu, tulangan-tulangan baja yang disisipi pada bagian dalam beton bertulang bertujuan untuk mengisi kekurangan dari beton itu sendiri dalam menambah nilai kuat-tariknya, dan menciptakan sifat beton yang sedikit elastis dari sebelumnya.
Tulangan baja utamanya dipasang pada struktur beton yang memiliki nilai momen lentur yang besar agar dapat menahan gaya tarik yang ada. Bahan yang digunakan untuk membuat beton pun harus diperhatikan kebersihan dan mutunya agar menghasilkan beton yang berkualitas. Bahan-bahan dalam membuat beton antara lain :
a. Semen
b. Air
c. Pasir
d. Kerikil
e. zat adiktif
Proses pembuatannya beton sendiri dimulai dari mencampurkan antara semen dan air yang dimana akan membentuk pasta, mencampurkan kembali pasta dengan pasir secara bersama-sama dan akan membentuk mortar, dan mortar ditambah kerikil akan membentuk beton. Namun untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang lebih spesifik dari beton normal, saat dalam bentuk beton segar beton diberi bahan tambahan.
Bahan-bahan ini dicampur dengan perbandingan tertentu, kemudian dimasukkan ke dalam suatu cetakan/begesting. Setelah beberapa saat kemudian beton segar ini akan mulai mengeras, makin lama semakin keras dan semakin besar kuat tekannya. Dan ini beberapa penjelasan tentang bahan pembentuk dari beton.

a. Semen
Semen bersama air berfungsi sebagai bahan pengikat untuk mempersatukan bahan-bahan pasir dan kerikil menjadi suatu masa yang padat dan kompak. Semen (PC:Portland Cement) diklasifikasikan dalam 5 jenis sebagai berikut :
Jenis I : Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang dipersyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
Jenis IV : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

b. Air
Dalam pembuatan beton, air mempunyai peran yang sangat penting antara lain :
1. Untuk menjamin terjadinya proses hidrasi yang baik di dalam beton.
2. sebagai bahan pelarut, pengencer, dan pelicin agar beton dapat dikerjakan dengan baik.
Air yang dipakai untuk pembuatan beton, tidak boleh mengandung minyak, asam, garam, zat organik atau bahan yang lain yang dapat merusak beton dan baja tulangan. Bila air yang akan dipakai tersebut diragukan kwalitasnya, maka harus diperiksa di laboratorium. Dan juga bila kita memasukkan air yang terlalu banyak atau kadar air dalam beton tinggi (F.A.S >>) maka justru akan mengurangi nilau kuat tekan dari beton itu sendiri. Kenapa??Karena dalam proses pembentukan beton terjadi proses hidrasi (menguapnya air yang ada di didalam beton). Nah kalau air yang berlebihan maka secara berangsur-angsur air akan menguap dan berubah menjadi udara. Kemudian Udara tersebut secara langsung membentuk pori-pori di dalam tubuh beton tersebut dan akan mengurangi nilai kuat tekan dari beton tersebut.

c. Pasir
Pasir merupakan bahan pengisi, meskipun demikian kwalitas pasir sangat mempengaruhi kwalitas beton. Pasir adalah agregat yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 5 mm. Bahan ini harus memenuhi syarat mutu seperti yang ditentukan dalam SNI 0052-80 sebagai berikut:
1. Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 sampai dengan 3,80.
2. Kadar lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 5 %.
3. Kadar zat organik ditentukan dengan larutan Na-sulfat 3%, jika dibandingkan dengan warna standar/pembanding tidak lebih tua.
4. Kekerasan butir, jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir kwarsa bangka memberi angka hasil bagi tidak lebih dari 2.
5. Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh garam Natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan bila dipakai Magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimum 15 %

d. Kerikil
Berdasarkan besar ukuran butir, kerikil adalah agregat yang semua butirnya tertinggal di atas ayakan 5 mm. Kerikil dapat berupa bahan yang diambil langsung dari alam, atau berupa batu pecah. Ukuran besar butir maksimum kerikil tidak boleh melebihi :
1. 1/5 dari jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan.
2. 1/3 dari tebal plat.
3. 3/4 dari jarak bersih minimum antara batang tulangan.

Syarat mutu kerikil yang ditetapkan menurut SII 0052-80 adalah sebagai beriku:
1. Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,00 sampai 7,10.
2. Kadar lumpur atau bagian butir yang lebih kecil dari 70 mikron, maksimum 1 %.
3. Kadar bagian yang lemah, diuji dengan goresan batang tembaga, maksimum 5 %.
4. Sifat kekal, diuji dengan larutan jenuh Natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %.
    Jika dipakai Magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimum 18 %.
5. Tidak bersifat reaktif dengan alkali.
6. Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20%.

e. Bahan tambah
Pemakaian bahan tambah dalam pembuatan beton mempunyai berbagai tujuan antara lain :
1. Memperbaiki mutu beton.
2. Memudahkan pengerjaan.
3. Mempercepat waktu pengikatan/pengerasan.
4. Memperlambat waktu pengikatan/pengerasan.
5.     dll

1. PROPORSI CAMPURAN
Proporsi campuran yang digunakan harus berdasarkan serangkaian pengujian yang teliti agar didapat kuat desak seperti yang direncanakan untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang sesuai dengan nilai kuat tekan rencana.

2. CARA PENGUJIAN MUTU BETON
Persyaratan untuk kuat tekan f¢c harus didasarkan pada hasil pengujian benda uji silinder (diameter 15 cm tinggi 30 cm) di laboratorium. Apabila didasarkan pada nilai yang didapat dari hasil uji tekan benda uji kubus dengan ukuran sisi 15 cm maka harus dilakukan konversi untuk mendapatkan f¢c dengan rumus sebagai berikut:
f¢c = 0,83 fck
(dimana fck adalah kuat tekan beton, MPa, didapat dari benda uji kubus dengan ukuran sisi 15 cm).
Nilai kuat tekan f¢c harus didasarkan pada hasil pengujian benda uji pada umur 28 hari. Apabila didapat data kuat tekan pada umur sebelum 28 hari, maka untuk menentukan harga kuat tekan f¢c pada umur 28 hari, harus digunakan faktor konversi sesuai tabel 1.1 sebagai berikut.

Kuat tekan beton yang disyaratkan f¢c yang didapat dari nilai-nilai pemeriksaan harus dihitung dengan rumus:
f¢c = fcr – 1,64 s
dimana :
f¢c       : kuat tekan, MPa
fcr        : kuat tekan rata-rata, MPa
s           : deviasi standar

                                             
3. SIFAT-SIFAT BETON
Sifat mekanik beton dapat diklasifikasikan menjadi :
- Sifat jangka pendek, yaitu kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, dan modulus elastisitas.
- Sifat jangka panjang, yaitu rangkak dan susut.


a. Kuat Tekan
Kuat tekan dihitung dari beban tekan maksimum yang dapat ditahan dibagi dengan luas penampang benda uji.
fc = P/A (Mpa)
dimana :
fc : kuat tekan, MPa
P : Beban tekan maksimum yang dapat ditahan, Newton
A : Luas penampang silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm, mm2
Regangan beton pada saat hancur berkisar antara 0,003 sampai 0,004, dan di dalam SNI 1991 ditetapkan 0,003 sebagai dasar analisis tampang.

b. Kuat Tarik
Kuat tarik beton ditentukan dengan percobaat belah tarik silinder beton berdasarkan ASTM – 496.

c. Kuat Geser
Kuat geser beton ditentukan berdasarkan kuat tekan yaitu:
vc = 1/6 Öf’c MPa
dimana :
vc : Kuat geser, MPa
f’c : Kuat tekan, MPa

d. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas beton diambil berdasarkan kuat tekan beton yaitu :
Ec = 4700 Öf’c MPa
dimana :
Ec : Modulus elastisitas, MPa
f’c : Kuat tekan, MPa
Modulus elastisitas ini merupakan kemiringan garis singgung dari diagram tegangan-regangan. Biasanya modulus sekan pada 0,5 f’c diambil sebagai modulus elastisitas.

e. Rangkak
Rangkak adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya beban yang bekerja.
 
f. Susut
Susut adalah berkurangnya volume elemen beton dan ada dua macam yaitu susut plastis (susut yang terjadi beberapa jam setelah beton di tempatkan pada cetakan) dan susut pengeringan yang dikarenakan kehilangan uap air


Terimakasih :) 
Baca juga Artikel yang Berhubungan:
- Struktur Beton Bertulang 2 (Pelat Satu Arah) - part 2